Mengenal Negara Jerman dan Hubungan Antara Jerman dengan Indonesia



Banyak warganya memakai kaos kaki putih dengan sepatu sandal dan baru tertawa jika orang lain membuat kebodohan. Daftar kesan tentang warga Jerman panjang. Selain klise-klise itu, sejak krisis Euro, Jerman juga berjuang menghadapi antipati. Harian-harian asing memuat foto Kanselir Merkel dengan kumis Hitler, untuk mengungkap kemarahannya seputar politik penghematan Merkel.
Padahal citra Jerman jauh lebih baik, seperti hasil studi stasiun siaran Inggris BBC. Sekitar 26 ribu orang di 25 negara di dunia ditanyai pendapatnya tentang 16 negara dan Uni Eropa. Hasilnya: 59 persen responden menilai pengaruh Jerman "sebagian besar positif". Jerman dalam studi itu menempati posisi teratas, disusul Kanada dan Inggris. Pada ranking terakhir, Iran dan Pakistan.

Keunggulan Jerman di Bidang Pendidikan


            Di jerman terdapat sebuah “Ausbildung” yang dalam Bahasa indonesianya adalah  "Pendidikan Latihan Keterampilan". Di Jerman Sistem Ausbildung ini dibagi menjadi dua. Pertama "Pendidikan Latihan Keterampilan di Sekolah" (Schulische Ausbildung) dan kedua "Pendidikan Latihan Keterampilan di Tempat Kerja" (Berufliche Ausbildung). Schulische Ausbildung yang biasa dikenal di Indonesia seperti Pendidikan di Sekolah-sekolah. Sistem Pendidikan Sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan Sistem Pendidikan Sekolah di Jerman. Sistem Penilaian di Sekolah-sekolah Jerman juga berbeda, disini Skala nilainya dari 1-6 dimana 1 itu sangat baik dan 6 sangat buruk.
1 = Sehr Gut
2 = Gut
3 = Befriedigend
4 = Ausreichend
5 = Mangelhaft
6 = UngenĂ¼gend
            Di Universitas-universitas Nilai yang relevant adalah 1-4. jika hasil Ujian kamu mendapatkan Nilai 4 atau lebih, maka kamu tidak lulus Ujian dan harus mengikuti Ujian ulang. Sistem Pendidikan Di Indonesia dimulai dari "SD", tingkat ini akan berakhir setelah Kelas 6. Di Jerman "SD" adalah "Grundschule", tingkat ini berakhir setelah Kelas 4. Setelah "SD" biasanya dilanjutkan ke tingkat "SMP" ditempuh selama 3 Tahun kemudian "SMA" yang juga ditempuh selama 3 Tahun. 

Salah satu bentuk kepedulian warga jerman

Ambil contoh dari aksi kepedulian anak anak di jerman untuk membantu korban suriah dan melakukan aksi pengumpulan sebanyak 740 boneka beruang sebagai bentuk menyadarkan masyarakat terhadapa 740.000 anak di suriah yang belum bisa menikmati kegiatan belajar di sekolah

Individualism / Collectivism di German

Dalam negara German, dapat dilihat dari tabel yang ada bahwa angka yang ada pada tabel menunjukkan angka yang sangat tinggi sebanyak 67. Dengan angka tersebut dapat diketahui bahwa negara German merupakan negera yang bersifat Individualist.. Ini terlihat dari masyarakat German lebih memiliki percaya diri yang sangat tinggi terhadap Self-actualization pada diri mereka sendiri. Yang banyak memikirkan untuk bagaimana supaya dapat lebih memperoleh hak serta achievement yang ada pada diri mereka sendiri, tentu dalam lungkungan masyarakat, kerja sama dalam suatu kelompok itu sangatlah penting. Akan tetapi bagi masyarakat yang bersifat individualisme ini, hak untuk mengeluarkan pendapat adalah biasa, karena dapat saja mementingkan dalam suatu hasil diskusi dan mendapatkan penilaian lebih untuk individunya.
Dalam negara German yang memiliki budaya akan individualisme, suatu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak. Akan lebih fokus menjalankan hubungan antara orang tua dan anaknya saja dibandingkan diharuskan untuk melakukan hubungan dengan tante, atau paman yang merupakan keluarga jauhnya.

Perfilman di Jerman

Film-film Jerman di putar di seluruh dunia dengan pengembangan stylistic movementexpresionisme, dan terus berkembang dari tahun 1920, hingga 1926. Genre film-film fantasy menjadi yang paling menarik seperti film-film yang dibintangi oleh Paul Wegener, antara lain The Golem (1920), dan Der Verlorene Schatten (The Lost Shadow, 1921). Beberapa genre lainnya yang unggul pada era paska perang adalah genre pertunjukan besar, gerakan Expresionist Jerman, dan film Kammerspiel.
Walaupaun pada awalnya sukses, namun Industri film Jerman tidak dapat terus-menerus memproduksi film dengan cara lama. Banyak faktor yang kemudian akhirnya mengubah sistem produksi film. Gaya dan teknologi asing merupakan salah satunya. Kesuksesan juga membuat industri film Jerman mengalami masalah, seperti banyak sineas-sineas menonjol yang kemudian tertarik untuk berkarya di Hollywood. Perusahaan film Jerman bahkan mulai meniru film-film Hollywood.


Daftar pustaka:
-Evaluasi Terhadap Asumsi Teoritis Individualisme dan Kolektivisme: Sebuah Studi Meta Analisis, Tjipto Susana, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Volume 33, No. 1, 33-49
-Representasi Memori Sejarah Jerman Timur dalam Film Goodbye, Lenin!, Nabilah Rosyadah, University of Indonesia, 2017
-Fakta mengenai Jerman: Politik Luar Negeri · Masyarakat · Ilmu Pengetahuan · Perekonomian · Kebudayaan, 2018


Komentar

Postingan Populer